Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Menggelorakan Shalat Subuh Berjamaah


http://www.arrisalah.net/wp-content/uploads/2010/06/ruku.jpgSelama ini umat Islam mayoritas, tapi minoritas yang beriman. Jadi, nggak usah pakai standart apa-apa kalu ingin tahu kualitas orang beriman. Bisa dilihat dari shalat Subuhnya.
Dalam keadaan hubbud dunnya (cinta dunia) ini, seluruh aspek kehidupan mengalami krisis yang luar biasa, politik, ekonomi, sosial, budaya. Umat islam saat ini bukannya dalang tapi jadi wayng. Untuk mulai mengasah keimanan umat, maka kita belajar dari metode hijrah Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW ketika hijrah, pertama yang di bangun adalah masjid. Kalau mau melangkah kebangkitan umat Islam mulai juga dari masjid. Infrastuktur negara, politik, ekonomi, sosial, budaya bahkan militer Madinah dibangun dari masjid.
Dengan senangnya mereka beribadah, maka akhlak mereka akan menjadi mulia. Jadi dua hal yang dapat di bedakan, nggak dapat dipisahkan. Kata orang yang sosiolis, “Itu hanya ritual aja.” Justru akhlak yang perdana itu, hablumminallah dan hablumminannaas. Dengan senangnya dia beribadah, maka dia akan berakhlak mulia. Dan, akhlak ulia itu, karena dia melakukan kesenangan ibadah.
Makanya, kalu orang sudah khusyuk shalatnya, hal yang tidak bermanfaat dia tinggalkan, zakat dia tunaikan, tidak mau berzina, dia jaga kehormatan dirinya, dia tepat janji, lalu dia jaga shalat-shalatnya.
Kenapa yang dipilih subuh?
Memulai hari itu subuh. Dan ternyata, orang yahudi mengukurnya subuh. Kalau cara sahabat Nabi Muhmmad untuk mengetahui orang munafik, dilihat dari subuhnya jika dia tidak shalat. Maka dari itu, shalat yang paling berat buat orang munafik adalah subuh dan isya. Orang yahudi itu tahu, makanya dia mengukur dari shalat shubuh. Jika jemaah shalat shubuh umat islam sebanyak jemaah jum-nya, maka itu tanda kebangkitan umat islam.
Karena itu, Allah SWT menyebutkan dalam QS At-Taubah ayat 18: ”Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir itu adalah orang-orang yang memakmurkan masjid.” Mukmin banyak di Indonesia ini, tapi mukmin yang selalu shalat shubuh berjamaah dapat dihitung dengan jari.
Masji itu rumah Allah. Dibandingkan, kalau itu mau masuk istana sangat susah, penjaganya ketat. Ini umah Allah yang lebih dari pada sekedar istana, yang ada di depan mata, tapi kenapa berat untuk melangkah. Takdir kita di tangan-nya, hidup mati kita di tangan-nya, rezeki di tangan-nya, alangkah naif  kalau kita tidak mau datang kepada-nya.
 Maka itu, adzan, bukan panggilan muadzin tapi panggilan Allah. Dan, itulah undangan yang paling sempurna. Selesai kumandang adzan kita seraya berdoa,”Allahumma rabba hadzihidda’watittammah” inilah undangan yang palin sempurna. Bisa dibayangkan kalau kita diundang raja, ini yang mengundang kita Yang Merajai, yang punya langit dan bumi. Makanya yang dipanggil yang bersyahadat, yang tidak bersyahadat tidak dipanggil. Jadi jangan mencari dalil, pulang kerjanya larut malam, atau berangkat kerja sebelum subuh. Kalau kita sudah niat, pasti bisa. “Man jadda wajada.”
Berkahnya shalat shubuh. Setip pintu dijaga malaikat yang mengaminkan orang yang masuk masjid. Allaummaftahli abwaba rahmatika, malaikat mengaminkan. Kemudian, malaikat mengikuti dan mengaminkan doa kita di masjid, mendoakan kita selama tidak maksiat di masjid.
Beitu kita keluar diaminkan lagi oleh malaikat. Allahumma inni as’aluka min fadlik. Malaikat mengaminkan lagi, Barakna haulahu. Orang yang baru keluar dari masjid, diberkahi lagi oleh Allah, bukan hanya dia tapi siapa yang ada di dekat dia. Misnya rezekinya, aktifitasnya, ide-idenya, perjuanganya. Apalagi, jika dia seorang dai, dakwahnya diberkahi oleh Allah. Bila dia seorang guru, dia berwibawa. Siapa saja, istrinya, anaknya, sahabatnya.
Makanya, Ibnu rowahah, tokoh pemikir ekonminya Rassuullah SAW, kalau berbisnis dia bukan bertanya berapa modalnya, tapi yang ditanya kamu shalat shubuh dimana? Karena, beliau yakin orang yang shalat shubuh berjemaah di masjid akan membawa keberkahan dalam bisnisnya, dalam pergaulanya, dalam persahabatanya.
Kuncinya hanya pada azam(kemauan yang keras), nawaitu-nya harus kuat. Rebutlah hidayah fajar itu. Masa dihidangkan oleh Allah, hidayah-rahmat, barakah, pagi-pagi kita  tidak mau.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar